Jumat, 04 Juni 2010

anak dan media

wahh..blog terakhir nii kayaknya..blog ke 6..hehehe..hmm..tentang anak dan mediaa..waahhh..apaa yaaa???

"power ranger..berubah..!!" "ayo cepat kita serang merekaa..'' kayaknya itu deh beberapa kalimat yang sering kita dengar yang kebanyakan diucapkan oleh anak laki-laki yang baru beranjak TK.
ataupun anak perempuan yang sering mengikuti gerakan-gerakan kartun favorit mereka di televisi,misalnya saja menirukan gaya Dora.

nah kayak gitu itu beberapa perkataan dan perilaku yang ditirukan oleh anak-anak dari media, yaitu televisi. Mungkin hal tersebut masih dapat dikatakan beruntung karena apa yang ditirukan tidak sampai melukai orang lain secara fisik dan mental, bahkan cenderung terlihat lucu bagi orang dewasa didekatnya.

Tetapi bagaimana jika anak menyaksikan tayangan yang penuh dengan adegan kekerasaan, kemudian menirukannya, misalnya: anak menirukan adegan pada acara televisi smack down lalu ia memukul temannya, loncat dari ketinggian dan menindih temannya, hingga teman kesakitan atau dirinya terluka. haduuu..ngerii banged gag sii kalo uda gini?? jangan sampe deh..

hemm..mau tau gag Mengapa anak-anak mudah sekali menirukan adegan-adegan yang ditayangkan oleh Televisi?

Seperti kita ketahui bahwa anak-anak senang sekali menonton TV. Mereka tidak segan-segan untuk duduk di depan kotak ajaib tersebut selama berjam-jam. Dalam sebuah penelitian, anak-anak usia pra sekolah menunjukkan minat yang lebih besar pada TV ketimbang usia sekolah. Hal ini dikarenakan anak balita cenderung terbatas teman bermainnya dan lebih banyak tinggal dirumah.

Namun hal ini cukup berbahaya bagi perkembangan karakter anak jika tidak terkontrol karena mereka jika melihat sesuatu langsung dimasukkan dan percaya tanpa dipilih-pilih. Mereka akan lebih mudah merekam hal-hal yang menyenangkan dan berlangsung terus menerus. Hal ini terjadi karena mereka tidak punya pengalaman, dan dalam benak mereka belum ada program penyaring.

Anak- anak mampu membedakan kenyataan dan fantasi pada usia sembilan tahun. Sehingga anak-anak dibawah usia 9 tahun membutuhkan dampingan orang tua untuk mengetahui manakah hal-hal yang nyata dan yang hanya sekedar fantasi.

Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak, oleh karena itu jika tidak ada yang memberi tahu ia akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun peniruannya benar atau salah, anak mungkin tidak tahu. Di sinilah tugas ayah dan bunda untuk selalu memberi pengertian kepada anak secara konsisten. nah tapii menurut Albert Bandura nih, seorang tokoh Psikologi (tentunya), sikap, tabiat dan tingkah laku individu itu dipelajari dan ditiru dari interaksinya dengan dengan orang lain.

Bandura mengatakan individu meneruskan ataupun mengubah sikap dan tabiatnya karena adanya faktor-faktor pengukuh yang mempengaruhi perilakunya. Menurut Teori Bandura, ada dua jenis faktor penguat. Yang pertama adalah faktor-faktor di luar diri individu, yaitu kejadian yang dialaminya secara langsung akibat perilakunya. Salah satu contoh faktor pengukuh adalah pujian dan celaan yang diterima setelah melakukan sesuatu perbuatan. Faktor penguat kedua adalah faktor-faktor yang berasal dari individu itu sendiri, konsep diri dan harga diri yang akan mempengaruhi sikap, tabiat dan perilaku nya.

Dari orang-orang di sekeliling, individu akan belajar role-playing atau bermain peran. Setiap hari, seseorang bermain peran, karena dia selalu membayangkan dirinya berfikir, berbuat dan berasa seperti orang lain. Individu itu membayangkan apa yang akan dilakukan dan apa yang akan dikatakan oleh orang lain tentang dirinya. Dia juga membayangkan apabila dia sendiri yang berada dalam keadaan mereka, apa yang akan dilakukannya ataupun apa yang akan dikatakan. Hal ini menjadikan orang lain menjadi sumber sikap, tabiat dan tingkah laku individu.

Dengan kata lain individu akan meniru kesan dari sikap, tabiat dan tingkah laku yang ditangkap dari model, melakukan role-model atau model peranan. Individu itu mempelajari dan mengamalkan suatu sikap, tabiat dan tingkah laku dengan memerhatikan sikap, tabiat dan tingkah laku orang lain di sekelilingnya. Orang yang ditiru disebut model.

Pada umumnya role-model anak-anak adalah orang tua, karena orang tua merupakan figur terdekat anak dan dianggap memiliki frekuensi berinteraksi dengan anak yang cukup sering. Namun ketika anak lebih sering berinteraksi dengan media televisi, maka ia akan lebih banyak mempelajari banyak hal dari televisi. Untuk mempelajarinya ia melakukan modelling (meniru) terhadap berbagai hal yang ia saksikan di media tersebut. Karena keterbatasan kemampuan kognitif, dan pengetahuan yang dimiliki, maka anak-anak langsung saja menirukan hal-hal yang ia saksikan.

Perbuatan meniru-niru orang lain mempunyai kebaikan. Apabila tabiat yang kita tiru adalah tabiat-tabiat positif seperti bersedekah, belajar ilmu-ilmu baru dan rajin bekerja. Sikap ini mempunyai keburukan apabila individu itu meniru-niru perbuatan yang tidak ada kebaikan, tentunya akan memberikan kerugian bagi diri sendiri.

heemm..ternyata ngerii banget yaa kaloo seorang anak udah terpengaruh media,salah satunya media televisi. makanya disaat tumbuh kembangnyaa anak,kayaknya ada baiknya nii (ciieee..sok nasehatin juga ;p) kalo orang tua turut serta di dalamnya,jadii yaa kalo anak lagi nonton tv,jangan dibiarkan anak nonton tv sendirian,ada baiknya orang tua ikut menonton tv sambil memberikan pengarahan baik dan buruk serta boleh atau tidaknya ditiru adegan di film tersebut,,tapii emang ,yaaa..kudu sabarr jugaaa sii ngadepin anak kecil..hehehehee..
namanya jugaa anak-anak ^^v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar